Ciri- ciri Orang Munafik – Pernahkah kamu menceritakan suatu rahasia yang menurutmu cukup pribadi pada seseorang karena orang tersebut berjanji tidak akan menceritakan rahasiamu kepada teman lain? Kamu yang sudah merasa aman menceritakan rahasiamu kepada orang tersebut tiba-tiba terkejut karena rahasiamu bocor, akibat orang yang kamu beritahu rupanya tidak menepati janjinya padamu. Terkadang kita salah menilai orang karena sikap baik orang itulah yang diperlihatkan kepada kita. Namun, tidak ada yang tahu seperti apa dia saat kita tidak ada. Akan tetapi ini bukan berarti kita wajib mencurigai semua orang disekitar kita. Memilah-milah teman memang bukan perkara yang mudah, tapi sebagai manusia yang pandai kita diberi pikiran dan perasaan supaya dapat mengira-ira mana teman yang baik dan mana yang kurang baik. Lingkup pertemanan yang sehat yang ada di inner-circle memang sangat penting karena ini berpengaruh terhadap sikap dan perilaku kita kedepannya. Selain itu banyak lingkungan sehat yang berisikan orang-orang baik membawa banyak keberuntungan dan rejeki. Sebaliknya jika inner-circle tidak sehat terkadang justru membawa hal buruk. Maka dari itu, sangat penting untuk bisa memilah-milah pertemanan karena orang baik akan mendatangkan hal baik. Untuk dapat terhindar dari orang-orang yang kurang baik seperti orang munafik, kamu perlu mengetahui ciri-ciri mereka. Sehingga ketika menemui hal serupa dalam kehidupan nyata kamu dapat menghindari orang-orang dengan ciri seperti ini atau bahkan kamu dapat mencegah agar diri sendiri tidak terjerumus dalam sifat yang sama buruknya. Pengertian Munafik3 Ciri Orang Munafik Menurut Hadits1. Berbohong2. Ciri Orang Munafik Yang Ingkar Janji3. BerkhianatCiri- ciri Orang Munfaik1. Ciri Orang Munafik Yang Manipulatif2. Ciri Orang Munafik Yang Bermuka Dua3. Riya’3. Dengki4. Membuat kerusakan Bumi5. Bangga Terhadap Dosanya Sendiri Pengertian Munafik Salah satu sifat buruk yang perlu dihindari yakni sifat munafik. Dalam agama Islam munafik merupakan sifat tercela yang jika melakukannya akan mendapatkan dosa besar. Tidak hanya agama Islam, latar belakang agama apapun juga tidak membenarkan adanya sifat tercela ini. Delapan sifat buruk lainnya dapat Grameds pelajari pada buku Akar Dosa, 8 Sifat Yang Membuat Kerohanian Kita Mati oleh Samuel Wasikin yang menjabarkan berbagai sifat negatif yang dapat merusak diri kita dan lingkungan sekitar kita. Munafik adalah sifat yang selalu berkata tidak sesuai kenyataan. Munafik adalah sifat tercela karena senang berdusta, berkhianat dan ingkar janji. Sifat ini sebaiknya dihindari karena munafik merupakan penyakit hati. Dikatakan penyakit karena sekali melakukan perilaku tersebut dapat menyebabkan seseorang melakukan perilaku buruk lainnya. Serta keberadaannya yang menguasai hati dan pikiran manusia membuat sifat munafik sulit lepas. Oleh karena itu penting bagi kita memahami sifat-sifat seperti apa yang menyimpang dan termasuk dalam kemunafikan. Agar diri sendiri maupun orang lain disekitar kita tidak terkena dampak negatifnya. Sifat menyimpang dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti salah satunya penyimpangan seksual yang dijelaskan pada buku Penyimpangan Seksual yang Dilarang Al Quran yang menyampaikan secara jelas pandangan Al-Qur’an terhadap masalah tersebut. Ciri- ciri orang munafik ini dijelaskan dalam Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim yang memaparkan tanda-tanda orang munafik. Orang munafik terbagi menjadi tiga yaitu berbohong, ingkar janji dan berkhianat. 3 Ciri Orang Munafik Menurut Hadits Penting untuk kita mengetahui ciri sifat munafik agar dapat terhindar dari penyakit hati ini. Sifat-sifat dibawah ini adalh sifat munafik yang sebaiknya dihindari. آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ “Rasulullah SAW bersabda Tanda orang munafik tiga; apabila berkata ia berbohong, apabila berjanji mengingkari, dan bila dipercaya mengkhianati.” 1. Berbohong Baik dalam ajaran agama manapun tidak ada yang membenarkan suatu kebohongan. Begitu juga dengan Islam. Apapun bentuk kebohongan tetaplah kebohongan. Hal ini juga sangat dibenci sesama manusia dan juga Allah. Berkata tidak jujur, atau mengucapkan sesuatu yang tidak seperti kenyataannya dapat merugikan banyak pihak. Sekali orang melakukan kebohongan maka orang tersebut akan terus berbohong lagi dan lagi. Contohnya ketika seorang anak berbohong pada orang tuanya, mengatakan hanya akan pergi kerumah tetangga namun kenyataannya pergi jauh. Kemudian suatu ketika sang ayah menanyakan alasan si anak lama sekali disana. Secara otomatis si anak harus terpaksa mencari alasan baru untuk menutupi kebohongannya tadi. Hal ini seringnya akan terjadi terus menerus dan menjadi kebohongan besar yang tidak ada habisnya. Itulah mengapa sekali seseorang melakukan kebohongan akan terlibat dalam lingkaran setan yang membuat orang tersebut terus melakukan kebohongan lainnya lagi. Sikap dusta seperti ini nantinya dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Orang yang senang berbohong atau berdusta bahkan mampu membolak-balikan fakta, yang nantinya akan berakibat pada sifat buruk lainnya yaitu fitnah. 2. Ciri Orang Munafik Yang Ingkar Janji Sifat munafik lainnya yang juga dibenci Allah yaitu ingkar janji. Orang yang sering ingkar berarti orang tersebut tidak dapat dipegang ucapannya. Hal ini menjadikan orang lain sulit menaruh kepercayaan terhadap orang yang tidak pernah menepati janjinya. Selain itu mengingkari janji juga akan berakibat merugikan orang lain. Janji adalah sumpah yang wajib hukumnya untuk ditepati. Apabila seseorang telah berjanji namun tidak menepatinya maka orang tersebut termasuk kedalam golongan orang-orang munafik. Sebagai contoh jika seorang telah berjanji untuk tidak membocorkan suatu rahasia yang mana adalah rahasia buruk, namun rupanya orang yang berjanji itu justru menceritakannya pada orang lain. Itu tandanya orang tersebut telah mengingkari janjinya. Maka dia berdosa karena tidak menepati janji dan juga berdosa karena telah menyebarkan aib buruk seseorang yang akhirnya akan menyakiti orang yang bersangkutan. Melihat dari situasi ini dapat dikatakan bahwa sebuah perilaku buruk akan berakibat buruk bagi diri sendiri dan orang lain. Sebaiknya bagi seseorang yang tidak yakin dapat menepati janjinya, tidak perlu membuat janji itu sendiri. Sebab, janji ini adalah sumpah yang wajib hukumnya untuk ditaati. Baik janji kita terhadap sesama manusia maupun janji kita kepada Allah SWT. Dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 91 menjelaskan bahwa kita wajib menepati janji yang sudah diucapkan, sebab kita menjadikan Allah saksi atas segala janji dan sumpah kita. Sejatinya Allah mengetahui apa yang sudah kita perbuat. Melanggar janji sama juga dengan berbohong kepada Allah, maka besar dosa yang akan didapatkan jika tidak mentaatinya. Inilah alasan mengapa beberapa pekerjaan yang memiliki tanggung jawab besar seperti penegak hukum, DPR, MPR, Presiden bahkan aparat pun diwajibkan bersumpah atas nama Allah agar tetap amanat dalam melakukan pekerjaannya. 3. Berkhianat Berkhianat adalah sifat tercela lainnya yang masuk kedalam golongan orang-orang munafik. Orang yang berkhianat ini adalah orang yang melanggar atau menghancurkan kepercayaan yang sudah diberikan padanya. Orang yang senang berkhianat seperti ini jika diberikan tanggung jawab dan amanat justru akan melakukan hal yang sebaliknya. Sebagai contoh dalam hubungan sesama manusia seperti sepasang kekasih maupun suami istri. Jika dalam sebuah hubungan pasangan sebelumnya telah berjanji dan sanggup untuk saling mencintai. Namun kemudian suatu ketika salah satu dari pasangan tersebut diam-diam menyukai orang lain sehingga dia selingkuh. Maka orang tersebut berkhianat terhadap pasangannya. Karena melepaskan tanggung jawab dan mengingkari janji yang telah dibuat. Serta menyakiti hati yang berkhianat seperti contoh di atas akan sangat merugikan orang lain. Selain karena menyakiti perasaan sang pasangan dia juga berdosa karena telah memberikan harapan terhadap pasangannya namun diingkari. Sebagai sesama umat manusia apapun jenis sifatnya selama itu merugikan orang lain dan lingkungan maka itu adalah perilaku tidak terpuji dan berdosa. Dalam mempelajari hadits-hadits lainnya, buku Ensilopedia Hadits disusun untuk Grameds yang di dalamnya berisi kumpulan hadits yang dinukilkan dari kitab hadits karya iman-iman terkemuka. Ciri- ciri Orang Munfaik 1. Ciri Orang Munafik Yang Manipulatif Orang yang manipulatif adalah orang yang penuh tipu daya. Sifat ini sejatinya sangat merugikan orang lain. Orang yang manipulatif cenderung tampak baik di permukaan namun sesungguhnya sangat busuk di dalam. Sifat manipulatif ini adalah sifat yang paling sering digambarkan setan karena sering memutar balikan kenyataan demi mendapatkan apa yang diinginkan. Bagi seseorang yang manipulatif dapat melakukan keburukannya secara sadar. Dia bisa mati-matian membentuk image yang baik agar tidak dicurigai orang lain. Padahal sebenarnya ia memiliki tujuan tersendiri untuk menghasut seseorang maupun membuat orang lain tampak lebih buruk darinya. Sebagai contoh seorang yang manipulatif misalnya melakukan suatu tindakan bullying kemudian masalah tersebut menjadi kasus besar dan menjadi sorotan orang banyak. Seorang yang penuh tipu daya dapat mengubah kenyataan hanya dengan argumen-argumen nya seolah itu bukanlah tindak bullying. Melainkan, tindakan pembelaan diri karena orang yang dia serang memulai permasalahan terlebih dahulu. Dari contoh diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa orang seperti ini akan melakukan segala cara agar dia selamat. Meskipun hal tersebut merugikan pihak lainnya. Dalam islam perilaku ini sangat tidak dibenarkan, karena selain merugikan dia juga memfitnah orang yang tidak bersalah. Seorang yang manipulatif dalam kondisi yang serius juga tidak hanya mampu membohongi orang lain tetapi juga mampu membohongi diri sendiri untuk mencari pembenaran atas perbuatannya. Dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 8-10 juga dijelaskan tentang sifat yang penuh tipu daya ini. Surat tersebut menjelaskan bahwa manusia ada yang berkata akan beriman kepada Allah dan hari akhir, namun sesungguhnya manusia tersebut bukanlah orang-orang yang beriman. Manusia ini hanyalah menipu diri sendiri dalam hati mereka karena Allah sudah tahu yang sebenarnya. Sehingga orang-orang ini akan mendapatkan balasan yang pedih karena telah berdusta. 2. Ciri Orang Munafik Yang Bermuka Dua Orang yang bermuka dua ini sama artinya dengan orang yang pendiriannya tidak tetap. Maka orang semacam ini akan selalu mengubah perkataannya. Hampir mirip dengan orang yang gemar berkhianat karena perkataannya tidak dapat dipegang. Seseorang yang bermuka dua juga tergolong kedalam sifat munafik karena merugikan orang lain. Membuat orang lain tidak dapat menaruh kepercayaan karena perkataannya selalu berubah. Seorang yang senang bermuka dua juga seringkali tampak seperti memiliki banyak kepribadian, sebab dia akan merubah sifat serta perkataan tiap bertemu orang yang berbeda demi menciptakan image baik dirinya. Sebagai contoh seorang bendahara desa sedang sakit sehingga tidak bisa datang ke balai. Menanggapi hal tersebut seorang warga bernama A’ mengatakan agar bendahara istirahat saja. Setibanya di balai Pak Lurah menanyakan keberadaan sang bendahara, namun si A’ menjawab bahwa si bendara ini malas datang ke balai. Hal ini kemudian menyebabkan banyak gunjingan yang dituduhkan kepada sang bendahara. Dari contoh diatas dapat disimpulkan bahwa warga A’ ini adalah orang yang munafik karena pura-pura tidak tahu dan mencetuskan kalau sang bendahara malas. Padahal jelas-jelas dia tahu bahwa si bendahara sedang sakit. Di dalam ajaran Al-Quran menuliskan sifat seorang yang bermuka dua yakni jika mereka bertemu dengan orang-orang yang beriman, dan mereka berkata bahwa mereka telah beriman. Namun apabila mereka bertemu dengan setan-setan mereka pun mengatakan bahwa mereka berbohong perkataan yang sebelumnya hanyalah bercanda. 3. Riya’ Riya’ sama artinya dengan sombong dalam konteks ibadah. Seseorang yang beribadah karena pamrih ingin dipuji, ingin dilihat sebagai seorang yang baik, merasa tinggi hati karena telah melakukan suatu kebaikan adalah orang yang Riya’. Orang yang riya’ cenderung melakukan hal baik hanya didepan orang lain saja, karena tujuannya adalah ingin dipuji. Salah satu contoh kasus seorang yang riya’ misalnya seorang tokoh masyarakat yang terkenal dan kaya telah usai menjalankan ibadah naik haji. Beliau pun menceritakan kehebatannya selama beribadah haji kepada tetangga-tengga dengan harapan mendapatkan pujian dari banyak orang. Riya’ adalah salah satu sikap munafik karena dia beribadah bukan karena Allah melainkan atas dasar ingin dipuji dan gila hormat. Dia menunjukkan sikap sombong atas pencapaiannya. Sifat tersebut sama dengan sifat setan yang juga sombong kepada Allah padahal Allah yang telah menciptakannya. Sikap riya’ dijelaskan oleh Allah dalam Al-Quran surat An-Nisa’ ayat 142 yang mengatakan bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang yang ingin menipu Allah, padahal sebenarnya Allah yang menipu mereka. Apabila shalat hanya dilakukan setengah hati karena untuk sekedar pujian dari sesama manusia dan bukan karena Allah. 3. Dengki Iri dan dengki juga termasuk penyakit hati lainnya yang terkadang mampir di hati orang-orang munafik. Orang dengan hati yang penuh dengan kedengkian maka hidupnya tidak akan pernah puas. Sebab, dia hanya sibuk melihat pencapaian orang untuk dicaci maki sedangkan dia sendiri lupa bahwa dirinya jauh dari kata sempurna. Orang-orang munafik juga memiliki kedengkian selayaknya setan. Mereka adalah orang-orang yang bahagia diatas penderitaan orang lain. Mereka akan senang melihat hidup orang lain menjadi lebih susah, sebaliknya mereka tidak akan senang melihat orang lain hidup bahagia. Seperti yang dijelaskan dalam Surat Al-Imran ayat 120 yang berkata bahwa kamu memperoleh kebaikan maka orang-orang munafik akan bersedih. Namun jika kamu mendapatkan musibah maka orang munafik akan bergembira. Jika kamu bersabar dan taqwa maka tipu daya mereka tidak akan berpengaruh padamu. 4. Membuat kerusakan Bumi Merusak bumi atau menyebabkan kerusakan lingkungan adalah perbuatan tercela yang sering dilakukan oleh orang-orang munafik. Melakukan sesuatu yang buruk yang berimbas pada kerusakan dan pencemaran lingkungan akan merugikan banyak orang yang berada di lingkungan tersebut. Beberapa contoh sederhana yang dapat merusak lingkungan yaitu dengan membuang sampah sembarangan, menebang hutan secara liar, menyebabkan limbah dan masih banyak perilaku ilegal lainnya yang mencemari lingkungan. Tidak hanya secara ekosistem saja namun imbasnya ke orang lain pun tentu ada. 5. Bangga Terhadap Dosanya Sendiri Perilaku munafik lainnya yaitu seseorang yang dengan bangga melakukan dosa. Dalam agama Islam membanggakan diri atau menyombongkan diri dalam bentuk hal baik pun tidak diperbolehkan. Apalagi jika seseorang yang justru bangga akan dosa yang telah dia perbuat. Orang seperti ini adalah orang yang disukai setan dan dibenci Allah dan sesama manusia. Ketika seseorang melakukan dosa seperti berbohong, ingkar, berkhianat, mencuri dan keburukan lainnya namun ia dengan sadar dan bangga menceritakan perbuatannya pada orang lain seolah-olah itu adalah prestasi maka ia adalah orang yang sangat berdosa. Perilaku-perilaku menyimpang tersebut dilarang secara agama dan secara kemanusiaan pun tidak layak untuk dimiliki bahkan dilestarikan dalam diri kita. Sebaiknya kita menjauhi perilaku munafik dan perilaku buruk lainnya agar terhindar dari dosa dan tidak merugikan diri sendiri serta orang lain. Karena sebaik-baiknya manusia akan membawa rezeki, keberuntungan dan ketenangan hati. Sedangkan seburuk-buruknya manusia hanya akan berakibat lebih buruk bagi diri sendiri. Nah, itulah penjelasan tentang ciri orang munafik yang perlu kamu ketahui agar terhindar dari sikap tercela tersebut. Selain itu juga bisa menghindari orang-orang yang memiliki ciri- ciri orang munafik di sekitar kamu. Jika kamu ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai ciri orang munafik atau akhlak dan sikap terpuji yang lain dan dapat dijadikan panutan kamu dapat membaca referensinya dibuku di berikut ini Rekomendasi Buku terkait “Ciri- ciri orang munafik” 1. Menjadi Muslimah yang Disukai Banyak Orang 2. Mau Menjadi Lebih Baik 3. Adab Di Atas Ilmu Baca juga artikel lain yang terkait “Ciri-ciri orang munafik” Tata Cara Berwudhu Pengertian Al-Quran dan Hadits Pengertian Akhlak Sifat-sifat Mulia Perilaku Jujur dalam Islam Pengertian Zakat Rukun Haji Pengertian Iman Kepada Malaikat Pengertian Aurat Daftar 99 Asmaul Husna Zakat Fitrah dan Zakat Mal ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien
AllahTa’ala mengabarkan kepada Rasul Nya dan kaum mukminin mengenai keadaan orang-orang munafik, dan orang-orang mukmin yang jujur dalam firman Nya kepada rasul Nya ﷺ,”Di antara manusia ada orang munafik yang pandai berbicara, sampai membuatmu terpukau akan keindahan ucapannya. Hal itu apabila ia membicarakan masalah-masalah duniawi.
– Argumentasinya bernas, lengkap dengan kutipan dari literatur, mengutip perkataan ulama, alur penyampaiannya teratur dan logikanya terstruktur, namun sayang semua itu dia gunakan untuk mendukung kemaksiatan dan kesesatan. Di zaman ini, potret di atas sering kita dapati pada beberapa orang yang biasa disebut cendekiawan muslim. Ada yang membela LGBT, ada yang menetang syariat Allah da nada pula yang menistakan syariat Allah. Potret-potret semacam itu mengingatkan kita tentang sabda Nabi Muhammad –Shallallahu alaihi wasallam– perihal para munafik aliimul liisan. Munafik yang pandai bersilat lidah. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam sangat mengkhawatirkan keberadaan orang-orang munafik ini, para pembual yang pandai mengolah kata dan pandai berbicara. Beliau bersabda إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِيمِ اللِّسَانِ “Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takuti menimpa umatku, adalah setiap munafik yang pandai bicara bersilat lidah.” HR. Ahmad no. 143 Senada dengan itu, suatu ketika Umar bin al-Khattab radhiyallahu anhu naik mimbar kemudian berpidato إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى هَذِهِ الْأُمَّةِ الْمُنَافِقُ الْعَلِيمُ ، قِيلَ وَكَيْفَ يَكُونُ الْمُنَافِقُ عَلِيمٌ ؟ قَالَ عَالِمُ اللِّسَانِ، جَاهِلُ الْقَلْبِ وَالْعَمَلِ “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan terhadap umat ini adalah orang pintar yang munafik. Para sahabat bertanya Bagaimana bisa seseorang itu menjadi munafik yang pintar? Umar radhiyallahu anhu menjawab “Yaitu orang yang pandai berbicara bak seorang alim, tapi hati dan perilakunya jahil”. Ihya Ulumuddin, hlm. 1/59 Adapun maksud dari Alimul Lisan pandai bicara adalah mereka mempergunakan kepandaian agamanya mempengaruhi manusia, menggunakan dalil-dalil tapi tidak mengamalkannya, banyak berkata-kata sesuai pesanan yang membayarnya dan memperindah perkataannya untuk menarik masa sebanyak-banyaknya. Al-Imam Muhammad Al-Munawi rahimahullah menjelaskannya untuk menerangkan hadist di atas عليم اللسان أي عالم للعلم منطلق اللسان به، لكنه جاهل القلب فاسد العقيدة، يغر الناس بشقشقة لسانه، فيقع بسبب تباعه خلق كثير في الزلل “Yang dimaksud dengan “’alim lisannya” yaitu dia alim terhadap ilmu dan lisannya lugas menyampaikan ilmu, akan tetapi jahil bodoh hatinya lagi rusak akidahnya, dia menipu manusia dengan kefasihan lidahnya, sehingga banyak orang tersesat karena mengikutinya.” Faidhul Qadir, 1/221 Contoh Munafik Aliimul Lisan disebutkan oleh Al-Munawi di dalam Faidhul Qadir adalah Dzul Khuwaishirah at-Tamim an-Najdi. Dia adalah orang yang menampakkan kesholehan di hadapan orang banyak, terlihat tanda-tanda atau bekas ibadah sunnahnya namun berakhlak buruk, seperti suka mencela, merasa paling benar, buruk sangka kepada kaum muslim dan keras kepada kaum muslim namun lemah lembut kepada orang kafir. Orang seperti ini sangat hina, mereka berbusana Islam tapi bertujuan untuk menyobek-nyobek busana tersebut, merusak citra Islam. Kisah Dzul Khuwaisirah ini diceritakan dalam riwayat al-Bukhari dalam Shahih-nya بَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْسِمُ، جَاءَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ ذِي الْخُوَيْصِرَةِ التَّمِيمِيُّ، فَقَالَ ” اعْدِلْ يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَقَالَ وَيْلَكَ وَمَنْ يَعْدِلُ إِذَا لَمْ أَعْدِلْ، قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ دَعْنِي أَضْرِبْ عُنُقَهُ Ketika Nabi shallallaahu alaihi wa sallam sedang membagi harta rampasan, tiba-tiba Abdullah bin Dzil-Khuwaishirah At-Tamiimiy datang, lalu berkata “Berbuat adillah wahai Muhammad !”. Beliau shallallaahu alaihi wa sallam bersabda “Celaka engkau. Siapakah yang akan berbuat adil jika aku tak berbuat adil ?”. Mendengar itu Umar bin Al-Khaththaab berkata “Ijinkanlah aku untuk memenggal lehernya !”. HR. Al-Bukhari no. 6933 Kisah tersebut menceritakan bahwa Dzul Khuwaishirah meminta Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam untuk berbuat adil. Dia menggunakan kata adil, bukan untuk menuntut keadilan, namun dia meggunakan kata tersebut untuk menyerang pribadi Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, tujuannya agar para sahabat menganggap beliau membagi ghanimah secara tidak adil. Pola seperti ini juga yang dilakukan hari ini, mereka mengesankan dirinya membela kebenaran dengan berbagai argumentasi yang seolah-olah syar’i, namun pada hakikatnya mereka sedang menyerang Islam, membela kemungkaran dan menggerogoti sendi-sendi Islam secara perlahan. Mewaspadai Munafik yang Pandai Bicara Di era keterbukaan informasi, orang munafik justru menampakan diri secara terang-terangan. Mereka menggunakan atribut-atribut keislaman, didapuk sebagai representasi ormas Islam, namun pemikiran jauh dari Islam, bahkan mendekati kekafiran. Mereka tidak hanya dari kalangan miskin ilmu, bahkan mereka intelektual dan cendekiawan Muslim, namun mereka mencampurkan yang haq dengan yang bathil, memelintir dalil-dalil, dan mengolah kata-katanya sehingga tampak benar. Orang-orang munafik ini pun mengaku dirinya yang paling Islam, padahal tidak, tujuannya adalah menipu umat Islam. Ketika umat Islam sudah terbius dengan penampilan mereka, mereka mulai menampakan pemikiran-pemikiran aneh dan menyimpang kepada masyarakat. Jurus andalan mereka adalah kepandaian mereka dalam berbicara, berdebat dan berargumen. Kepada orang-orang munafik ini, hendaknya kita menjauhi mereka dan tidak peduli dengan apa yang mereka katakan. Sebagaimana firman Allah ta’ala وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ “Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa akan larangan ini, maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat akan larangan itu.” QS. Al-An’am 68 Demikianlah yang dilakukan oleh para ulama terdahulu, orang-orang munafik yang pandai bersilat lidah ini hendaknya ditinggalkan. Sebagaimana yang dilakukan Ibnu Sirin rahimahullah dalam Sunan Ad-Darimi dari Asma’ bin Ubaid دخل رجلان من أصحاب الأهواء على ابن سيرين فقالا يا أبا بكر، نحدثك بحديث؟ قال لا، قالا فنقرأ عليك آية من كتاب الله؟ قال لا، لتقومان عني أو لأقومن. قال فخرجا، فقال بعض القوم يا أبا بكر، وما كان عليك أن يقرآ عليك آية من كتاب الله تعالى؟ قال إني خشيت أن يقرآ علي آية فيحرفانها فيقر ذلك في قلبك “Dua orang ahli Bid’ah menemui Ibnu Sirin, kemudian berkata Wahai Abu Bakar, mau kah kamu mengecek hafalan hadist kami? Ibnu Sirin menjawab tidak. Lantas keduanya berkata “Kami ingin kamu mengecek pemahaman kami terhadap kitabullah? Ibnu Sirin menjawab tidak, hendaknya kalian pergi atau aku yang pergi. Maka Asma’ bin Ubaid meneruskan, mereka berdua pergi kemudian seseorang bertanya “Wahai Abu Bakar, mengapa kamu menolak mereka yang ingin mengecek pemahamannya tentang ayat-ayat al-Qur’an kepadamu? Ibnu Sirin menjawab “Saya khawatir mereka berdua akan membacakan beberapa ayat di hadapanku kemudian memelintir maknanya, dan kesesatan yang mereka sampaikan membekas di hatimu.” Sunan ad-Darimi no. 400 Keberadaan orang munafik sangat membahayakan, potensinya akan membawa umat kepada penyimpangan dan hancurnya Islam dari dalam. Dalam kehidupan, mereka tampak seperti saudara namun dalam pemikirannya mereka memusuhi Islam dan mengkhianati Islam. Apapun yang mereka ucapkan tidak lain karena motivasi duniawi atau pesanan dari pemilik kekuasaan. wallahu alam bish showab.. Al bani/
Kabarkanlahkepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah [An Nisa”,138-139] Baca juga:
Sosok munafik di zaman mana pun dan di negeri mana pun akan menjadi momok yang menyusahkan. Seolah berada pada pihak mukmin padahal sejatinya ada di pihak lain. Orang seperti ini kadang argumentasinya bernas, lengkap dengan kutipan dari literatur, mengutip perkataan ulama, alur penyampaiannya teratur dan logikanya terstruktur, namun sayang semua itu dia gunakan untuk mendukung kemaksiatan dan kesesatan. Di zaman ini, potret di atas sering kita dapati pada beberapa orang yang biasa disebut cendekiawan muslim. Ada yang membela LGBT, ada yang menetang syariat Allah da nada pula yang menistakan syariat Allah. Potret-potret semacam itu mengingatkan kita tentang sabda Nabi Muhammad –Shallallahu alaihi wasallam– perihal para munafik aliimul liisan. Munafik yang pandai bersilat lidah. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam sangat mengkhawatirkan keberadaan orang-orang munafik ini, para pembual yang pandai mengolah kata dan pandai berbicara. Beliau bersabda إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِيمِ اللِّسَانِ “Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takuti menimpa umatku, adalah setiap munafik yang pandai bicara bersilat lidah.” HR. Ahmad no. 143 Senada dengan itu, suatu ketika Umar bin al-Khattab radhiyallahu anhu naik mimbar kemudian berpidato إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى هَذِهِ الْأُمَّةِ الْمُنَافِقُ الْعَلِيمُ ، قِيلَ وَكَيْفَ يَكُونُ الْمُنَافِقُ عَلِيمٌ ؟ قَالَ عَالِمُ اللِّسَانِ، جَاهِلُ الْقَلْبِ وَالْعَمَلِ “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan terhadap umat ini adalah orang pintar yang munafik. Para sahabat bertanya Bagaimana bisa seseorang itu menjadi munafik yang pintar? Umar radhiyallahu anhu menjawab “Yaitu orang yang pandai berbicara bak seorang alim, tapi hati dan perilakunya jahil”. Ihya Ulumuddin, hlm. 1/59 Adapun maksud dari Alimul Lisan pandai bicara adalah mereka mempergunakan kepandaian agamanya mempengaruhi manusia, menggunakan dalil-dalil tapi tidak mengamalkannya, banyak berkata-kata sesuai pesanan yang membayarnya dan memperindah perkataannya untuk menarik masa sebanyak-banyaknya. Al-Imam Muhammad Al-Munawi rahimahullah menjelaskannya untuk menerangkan hadist di atas عليم اللسان أي عالم للعلم منطلق اللسان به، لكنه جاهل القلب فاسد العقيدة، يغر الناس بشقشقة لسانه، فيقع بسبب تباعه خلق كثير في الزلل “Yang dimaksud dengan “’alim lisannya” yaitu dia alim terhadap ilmu dan lisannya lugas menyampaikan ilmu, akan tetapi jahil bodoh hatinya lagi rusak akidahnya, dia menipu manusia dengan kefasihan lidahnya, sehingga banyak orang tersesat karena mengikutinya.” Faidhul Qadir, 1/221 Contoh Munafik Aliimul Lisan disebutkan oleh Al-Munawi di dalam Faidhul Qadir adalah Dzul Khuwaishirah at-Tamim an-Najdi. Dia adalah orang yang menampakkan kesholehan di hadapan orang banyak, terlihat tanda-tanda atau bekas ibadah sunnahnya namun berakhlak buruk, seperti suka mencela, merasa paling benar, buruk sangka kepada kaum muslim dan keras kepada kaum muslim namun lemah lembut kepada orang kafir. Orang seperti ini sangat hina, mereka berbusana Islam tapi bertujuan untuk menyobek-nyobek busana tersebut, merusak citra Islam. Kisah Dzul Khuwaisirah ini diceritakan dalam riwayat al-Bukhari dalam Shahih-nya بَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْسِمُ، جَاءَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ ذِي الْخُوَيْصِرَةِ التَّمِيمِيُّ، فَقَالَ ” اعْدِلْ يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَقَالَ وَيْلَكَ وَمَنْ يَعْدِلُ إِذَا لَمْ أَعْدِلْ، قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ دَعْنِي أَضْرِبْ عُنُقَهُ Ketika Nabi shallallaahu alaihi wa sallam sedang membagi harta rampasan, tiba-tiba Abdullah bin Dzil-Khuwaishirah At-Tamiimiy datang, lalu berkata “Berbuat adillah wahai Muhammad !”. Beliau shallallaahu alaihi wa sallam bersabda “Celaka engkau. Siapakah yang akan berbuat adil jika aku tak berbuat adil ?”. Mendengar itu Umar bin Al-Khaththaab berkata “Ijinkanlah aku untuk memenggal lehernya !”. HR. Al-Bukhari no. 6933 Kisah tersebut menceritakan bahwa Dzul Khuwaishirah meminta Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam untuk berbuat adil. Dia menggunakan kata adil, bukan untuk menuntut keadilan, namun dia meggunakan kata tersebut untuk menyerang pribadi Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, tujuannya agar para sahabat menganggap beliau membagi ghanimah secara tidak adil. Pola seperti ini juga yang dilakukan hari ini, mereka mengesankan dirinya membela kebenaran dengan berbagai argumentasi yang seolah-olah syar’i, namun pada hakikatnya mereka sedang menyerang Islam, membela kemungkaran dan menggerogoti sendi-sendi Islam secara perlahan. Mewaspadai Munafik yang Pandai Bicara Di era keterbukaan informasi, orang munafik justru menampakan diri secara terang-terangan. Mereka menggunakan atribut-atribut keislaman, didapuk sebagai representasi ormas Islam, namun pemikiran jauh dari Islam, bahkan mendekati kekafiran. Mereka tidak hanya dari kalangan miskin ilmu, bahkan mereka intelektual dan cendekiawan Muslim, namun mereka mencampurkan yang haq dengan yang bathil, memelintir dalil-dalil, dan mengolah kata-katanya sehingga tampak benar. Orang-orang munafik ini pun mengaku dirinya yang paling Islam, padahal tidak, tujuannya adalah menipu umat Islam. Ketika umat Islam sudah terbius dengan penampilan mereka, mereka mulai menampakan pemikiran-pemikiran aneh dan menyimpang kepada masyarakat. Jurus andalan mereka adalah kepandaian mereka dalam berbicara, berdebat dan berargumen. Kepada orang-orang munafik ini, hendaknya kita menjauhi mereka dan tidak peduli dengan apa yang mereka katakan. Sebagaimana firman Allah ta’ala وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ “Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa akan larangan ini, maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat akan larangan itu.” QS. Al-An’am 68 Demikianlah yang dilakukan oleh para ulama terdahulu, orang-orang munafik yang pandai bersilat lidah ini hendaknya ditinggalkan. Sebagaimana yang dilakukan Ibnu Sirin rahimahullah dalam Sunan Ad-Darimi dari Asma’ bin Ubaid دخل رجلان من أصحاب الأهواء على ابن سيرين فقالا يا أبا بكر، نحدثك بحديث؟ قال لا، قالا فنقرأ عليك آية من كتاب الله؟ قال لا، لتقومان عني أو لأقومن. قال فخرجا، فقال بعض القوم يا أبا بكر، وما كان عليك أن يقرآ عليك آية من كتاب الله تعالى؟ قال إني خشيت أن يقرآ علي آية فيحرفانها فيقر ذلك في قلبك “Dua orang ahli Bid’ah menemui Ibnu Sirin, kemudian berkata Wahai Abu Bakar, mau kah kamu mengecek hafalan hadist kami? Ibnu Sirin menjawab tidak. Lantas keduanya berkata “Kami ingin kamu mengecek pemahaman kami terhadap kitabullah? Ibnu Sirin menjawab tidak, hendaknya kalian pergi atau aku yang pergi. Maka Asma’ bin Ubaid meneruskan, mereka berdua pergi kemudian seseorang bertanya “Wahai Abu Bakar, mengapa kamu menolak mereka yang ingin mengecek pemahamannya tentang ayat-ayat al-Qur’an kepadamu? Ibnu Sirin menjawab “Saya khawatir mereka berdua akan membacakan beberapa ayat di hadapanku kemudian memelintir maknanya, dan kesesatan yang mereka sampaikan membekas di hatimu.” Sunan ad-Darimi no. 400 Keberadaan orang munafik sangat membahayakan, potensinya akan membawa umat kepada penyimpangan dan hancurnya Islam dari dalam. Dalam kehidupan, mereka tampak seperti saudara namun dalam pemikirannya mereka memusuhi Islam dan mengkhianati Islam. Apapun yang mereka ucapkan tidak lain karena motivasi duniawi atau pesanan dari pemilik kekuasaan. wallahu alam bish showab.. mh Sumber
Halini bisa kamu lakukan mulai dari hal kecil, seperti presentasi di kelas, menjadi MC saat acara reuni dan lain sebagainya. Ingat, jangan pernah takut mencoba. Karena semakin sering kamu berbicara di depan umum, kamu akan terlatih. 5. Jangan lupa tanamkan dalam diri bahwa kemampuan public speaking bisa dilatih.
Munafik atau disebut juga nifak merupakan perbuatan ketika seseorang cenderung menampakkan sisi baik dibandingkan buruk. Dalam bahasa Arab, munafik artinya “orang yang berpura-pura”. Agar hidup senantiasa nyaman, penting bagi Parents mengetahui apa saja ciri-ciri orang munafik. Mundur ke belakang, orang munafik mengakui Rasulullah padahal memusuhi agama Islam. Orang seperti ini sangat pandai bermain watak dan tidak sungkan bermuka manis di hadapan banyak orang untuk menyembunyikan keburukan. Peristiwa ini tergambar dalam QS. Al-Baqarah ayat 8 وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّقُوْلُ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَبِالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِيْنَۘ Artinya Dan di antara manusia ada yang berkata, “Kami beriman kepada Allah dan hari akhir,” padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. Itulah sebabnya orang munafik mendapat ancaman dengan balasan neraka di tingkat paling bawah, dibenci Allah SWT, serta di akhirat nantinya akan dipisahkan dari golongan orang beriman. Sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nisa ayat 145 إِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ فِى ٱلدَّرْكِ ٱلْأَسْفَلِ مِنَ ٱلنَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا Artinya Sesungguhnya orang-orang munafik itu ditempatkan pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka. 7 Ciri-ciri Orang Munafik Selain definisi, sejatinya ciri orang yang munafik telah tercantum dalam Alquran. Mengutip berbagai sumber, berikut ulasannya 1. Ingkar Janji Ciri pertama adalah orang munafik gemar mengingkari janji. Selain perkataan, perbuatannya pun sulit ditepati. Dengan kata lain, seseorang yang munafik akan sulit memegang janjinya sendiri yang telah ia terbarkan kepada orang lain. Dalam Islam, menepati janji hukumnya wajib seperti tercantum dalam QS. An-Nahl ayat 91 yang artinya “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpahmu itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu terhadap sumpah-sumpahmu itu. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.” Artikel terkait 15 Ciri-Ciri Anak Indigo, Apakah Si Kecil Juga Memilikinya? 2. Gemar Berdusta Selanjutnya adalah gemar berdusta adalah tindakan yang sangat identik dengan orang munafik. Padahal, sifat ini sangat dibenci oleh Allah SWT. Seperti tertera dalam salah satu hadits “Tanda orang munafik ada tiga, salah satunya adalah jika berbicara dia dusta.” HR. Bukhari dan Muslim Sebenarnya, ada banyak motif mengapa seseorang memilih berbohong, salah satunya sebagai cara agar lawan bicara bisa percaya dengan apa yang dikatakan. Saking lazimnya, banyak juga orang yang berbohong atas nama kebaikan. Kendati begitu, bohong tetaplah merupakan kebohongan dan umumnya akan berlanjut pada dusta lainnya. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Ahzab ayat 24 yang artinya “Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” 3. Berkhianat Selain manusia amanah, ada juga sosok manusia yang khianat. Adapun amanah adalah melaksanakan kewajiban yang sudah disanggupi, sementara khianat adalah berlaku curang atau membatalkan kewajiban. Awas, ini merupakan salah satu ciri-ciri orang munafik. Semua hal yang kita nikmati di dunia, selain dari kerja keras dan usaha adalah bentuk titipan dari Allah SWT. Bila Allah SWT telah menitipkan sesuatu kepada kita, sudah sepatutnya untuk menjaga titipan itu demi kebaikan. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa ayat 58 yang artinya “Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya….” Sayangnya, orang munafik akan mengingkari apa yang sudah dititipkan alias tidak menjaganya dengan baik, bahkan menghancurkannya. Oleh karenanya, alangkah baiknya tidak perlu berjanji jika belum mampu menepati. Artikel terkait Waspada Predator Anak! Kenali 7 Ciri-Ciri Pelaku Pedofil Berikut ini 4. Malas Beribadah Enggan beribadah juga merupakan tanda orang munafik yang perlu diwaspadai. Bukan tanpa alasan, orang munafik selalu beranggapan beribadah adalah beban berat untuk dijalani. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa ayat 142 yang artinya “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya dengan shalat di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” Kalaupun sekali waktu beribadah, orang munafik bisa diperhatikan dari cara sholatnya. Mereka melakukan sholat tidak khusyuk serta mempercepat gerakan dan bacaan sholatnya. Seperti dikatakan hadits Nabi berikut ini “Itulah salat orang munafik. Itulah salat orang munafik. Itulah salat orang munafik. Yaitu dia menunggu matahari sampai hampir terbenam kemudian dia berdiri untuk sholat asar, lalu mempercepat tanpa ada rasa khusyuk sedikitpun empat rakaat, tanpa mengingat Allah di dalamnya kecuali sedikit sekali.” HR Muslim. 5. Menyampaikan Sumpah Palsu Pernahkah Parents mendengar seseorang yang dengan mudahnya mengucapkan Demi Allah’? Terlebih ucapan ini dilontarkan ketika melakukan sebuah kesalahan, tanpa memikirkan dosa atau dampak apa yang akan diterima. Inilah ciri munafik yang sebaiknya dihindari. Perihal orang yang suka memberikan sumpah palsu ini telah dijelaskan dalam Alquran surat Al-Munafiqun ayat 2 yang artinya “Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi manusia dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.” Artikel terkait Ciri Keluarga Disfungsional dan Dampak Negatifnya untuk Anak, Waspada! 6. Fujur dalam Pertikaian Fujur adalah keinginan untuk selalu merasa menang sendiri, alias tidak menerima kekalahan. Allah SWT berfirman dalam QS. Asy-Syams ayat 7-10 yang artinya “Demi jiwa serta penyempurnaan ciptaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” Allah SWT sejatinya memberikan jiwa manusia dua sifat, yakni fujur kefasikan dan taqwa. Sifat fujur diciptakan untuk memaksimalkan sifat taqwa setiap manusia agar menjadi pribadi yang mulia. Orang yang memilih jalan fujur akan membiarkan akalnya melanglang buana melalui jalan sesat sehingga pemikirannya akan berseberangan dengan fitrah pencipta. Akibatnya, imannya menjadi lemah. 7. Riya Sifat sombong yang sangat tercela dan dibenci Allah SWT adalah riya. Riya atau sombong adalah perilaku yang sampai saat ini masih ada saja orang yang melakukannya. Orang pemilik sifat ini cenderung sombong dengan apa yang mereka miliki, sehingga membuat dirinya menjadi orang yang tinggi hati dan jahat. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Ma’mun ayat 4-7 yang artinya “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari salatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan menolong dengan barang berguna, sedikit berzikir.” Orang yang sudah berbuat munafik juga cenderung bangga dengan perbuatan salah yang telah dilakukannya. Tidak jarang, golongan ini akan menempuh jalan apapun demi mencari pembenaran atas perbuatannya. Parents, itulah deretan ciri-ciri orang munafik dan semoga kita semua terhindar dari sifat ini. Baca juga 7 Ciri Seorang Perempuan Disukai oleh Jin, Kenali dan Waspadai! 10 Ciri Pubertas pada Anak Perempuan dan Laki-laki, Parents Perlu Pahami 8 Ciri-Ciri Wanita yang Menutupi Perasaan Cintanya, Pasangan Anda Termasuk? Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.
Salahsatu cara agar hidup bijaksana adalah dengan mengenal diri sendiri. (Fr. Bonefasius Sola) “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi” (Mat.7:1). Marilah berdoa: Ya Tuhan, bantulah kami agar mampu melihat kesalahan-kesalahan diri sendiri. Amin. “Bersyukur dan Terbuka atas Rahmat Tuhan”;Renungan, Selasa 21 Juni 2022.
- Tanda-tanda orang munafik wajib untuk dimengerti agar kita dapat terhindar dari salah satu sifat buruk yang dibenci oleh Allah SWT. Berikut ini adalah 5 tanda orang munafik menurut Islam yang dapat kamu pahami. Sifat munafik merupakan sifat seseorang yang menampakkan sesuatu di depan orang banyak yang tidak sama atau sejalan dengan kebenaran. Orang munafik akan hidup dalam kepura-puraan semata untuk mendapatkan pujian dari orang lain. Sifat ini sangat tidak disukai oleh Allah SWT. Allah SWT telah berfirman dalam Al-Quran Surat An-Nisa ayat 145 yang menyatakan bahwa orang munafik akan mendapatkan tempat di neraka paling bawah. Allah SWT berfirman “Innal-munfiqna fid-darkil-asfali minan-nr, wa lan tajida lahum nar” Baca Juga Jawaban Menohok Cinta Laura Jika Ditawari Masuk PolitikTidak Ingin Munafik Artinya "Sungguh, orang-orang munafik itu ditempatkan pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka." QS. An-Nisa 145 Sementara itu, Rasulullah SAW juga pernah bersabda mengenai ciri-ciri atau tanda-tanda seseorang yang munafik. Dari Abdullah bin Amr RA, “Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa tertanam dalam dirinya empat hal, maka ia benar-benar seorang munafik sejati, dan barangsiapa dalam dirinya terdapat salah satu dari empat hal, maka dalam dirinya tertanam satu kemunafikan sehingga ia meninggalkannya, yaitu 1 Apabila berbicara ia berdusta 2 Apabila membuat kesepakatan ia mengkhianati 3 Apabila berjanji ia mengingkari 4 Apabila berdebat ia tidak jujur.” Dalam hadits Sufyan disebutkan, “Barangsiapa dalam dirinya terdapat salah satu dari empat hal ini maka di dalam dirinya terdapat salah satu ciri kemunafikan”. HR. Muslim Agar dapat lebih memahami tanda-tanda orang munafik dalam Islam, simak ulasannya berikut ini. 1. Berdusta Baca Juga 8 Tanda Batinmu Lelah, Coba Dicek? Ilustrasi berbohong. menjadi salah satu sikap munafik yang dilarang dalam Islam. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda “Tanda orang munafik itu ada tiga, apabila ia berucap berdusta, jika membuat janji ingkar, dan jika dipercaya mengkhianati.” HR Bukhari 2. Ingkar Seseorang yang suka ingkar janji merupakan salah satu ciri-ciri orang yang munafik. Nyatanya janji adalah hal yang hukumnya wajib untuk ditepati. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Surat An-Nahl ayat 91 tentang larangan untuk ingkar janji yang berbunyi “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah mu itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu terhadap sumpah-sumpahmu itu. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.” QS. An-Nahl 91 3. Riya’ Riya’ menjadi tanda-tanda orang munafik. Riya’ merupakan sifat merasa ingin dipuji dihadapan orang lain. Riya’ telah dijelaskan dalam Al-Quran Surat An-Nisa ayat 142 yang berbunyi sebagai berikut. "Sesungguhnya orang-orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allahlah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk salat, mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud riya ingin dipuji di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali." QS. An-Nisa 142 4. Mempercepat Ibadah Ilustrasi salat. PixabaySifat munafik seseorang dapat diperhatikan cara melaksanakan sholat. Orang munafik akan terlihat melakukan sholat dengan cepat dan tidak khusyuk. Menanggapi ini, Rasulullah SAW bersabda, “Itulah salat orang munafik. Itulah salat orang munafik. Itulah salat orang munafik. Yaitu dia menunggu matahari sampai hampir terbenam kemudian dia berdiri untuk sholat asar, lalu mempercepat tanpa ada rasa khusyuk sedikitpun empat rakaat, tanpa mengingat Allah di dalamnya kecuali sedikit sekali.”. HR Muslim 5. Dengki Dengki adalah salah satu sifat munafik yang perlu untuk diwaspadai. Sifat dengki telah tercantum dalam Al-Quran Surat Ali Imran ayat 120 yang berbunyi “Jika kamu memerolah kebaikan, niscaya mereka bersedih hati. Tetapi jika kamu tertimpa bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, tipu daya mereka tidak akan menyusahkan kamu sedikitpun. Sungguh Allah Maha meliputi segala apa yang mereka kerjakan.” QS. Ali Imran 120 Demikian adalah tanda-tanda seseorang munafik dalam Islam sebagaimana yang telah tercantum dalam Al-Quran dan hadist. Semoga informasi di atas dapat menambah wawasan serta dapat dijauhkan dari sifat munafik dalam kehidupan kita. Kontributor Muhammad Zuhdi Hidayat
penjelasandan sifat-sifat yang dimiliki golongan darah ABO Sabtu, 08 Oktober 2016. Home; Makalah; Bank Soal; Berita; Materi; Kelas 10; Kelas 11; Kelas 12; Home » darah » kelas 2 » manusia » materi » sma » Penjelasan Tentang Golongan Darah dan Transfusi Darah.
* Ilustrasi orang munafik. Foto U-Report Argumentasinya bernas, lengkap dengan kutipan dari literatur, mengutip perkataan ulama, alur penyampaiannya teratur dan logikanya terstruktur. Namun sayang semua itu dia gunakan untuk mendukung kemaksiatan dan kesesatan. Di zaman ini potret di atas sering kita dapati pada beberapa orang yang biasa disebut cendekiawan muslim. Ada yang membela LGBT, ada yang menentang syariat Allah, dan ada pula yang menistakan syariat Allah. Potret-potret semacam itu mengingatkan kita tentang sabda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam perihal para munafik aliimul liisan. Munafik yang pandai bersilat lidah. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam sangat mengkhawatirkan keberadaan orang-orang munafik ini, para pembual yang pandai mengolah kata dan pandai berbicara. Beliau bersabda إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِيمِ اللِّسَانِ “Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takuti menimpa umatku, adalah setiap munafik yang pandai bicara bersilat lidah.” HR. Ahmad no. 143 Senada dengan itu, suatu ketika Umar bin al-Khattab radhiyallahu anhu naik mimbar kemudian berpidato إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى هَذِهِ الْأُمَّةِ الْمُنَافِقُ الْعَلِيمُ ، قِيلَ وَكَيْفَ يَكُونُ الْمُنَافِقُ عَلِيمٌ ؟ قَالَ عَالِمُ اللِّسَانِ، جَاهِلُ الْقَلْبِ وَالْعَمَلِ “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan terhadap umat ini adalah orang pintar yang munafik. Para sahabat bertanya Bagaimana bisa seseorang itu menjadi munafik yang pintar? Umar radhiyallahu anhu menjawab “Yaitu orang yang pandai berbicara bak seorang alim, tapi hati dan perilakunya jahil”. Ihya Ulumuddin, hlm. 1/59 Adapun maksud dari Alimul Lisan pandai bicara adalah mereka mempergunakan kepandaian agamanya mempengaruhi manusia, menggunakan dalil-dalil tapi tidak mengamalkannya, banyak berkata-kata sesuai pesanan yang membayarnya dan memperindah perkataannya untuk menarik masa sebanyak-banyaknya. Al-Imam Muhammad Al-Munawi rahimahullah menjelaskannya untuk menerangkan hadist di atas عليم اللسان أي عالم للعلم منطلق اللسان به، لكنه جاهل القلب فاسد العقيدة، يغر الناس بشقشقة لسانه، فيقع بسبب تباعه خلق كثير في الزلل “Yang dimaksud dengan “’alim lisannya” yaitu dia alim terhadap ilmu dan lisannya lugas menyampaikan ilmu, akan tetapi jahil bodoh hatinya lagi rusak akidahnya, dia menipu manusia dengan kefasihan lidahnya, sehingga banyak orang tersesat karena mengikutinya.” Faidhul Qadir, 1/221 Contoh Munafik Aliimul Lisan disebutkan oleh Al-Munawi di dalam Faidhul Qadir adalah Dzul Khuwaishirah at-Tamim an-Najdi. Dia adalah orang yang menampakkan kesholehan di hadapan orang banyak, terlihat tanda-tanda atau bekas ibadah sunnahnya namun berakhlak buruk, seperti suka mencela, merasa paling benar, buruk sangka kepada kaum muslim dan keras kepada kaum muslim namun lemah lembut kepada orang kafir. Orang seperti ini sangat hina, mereka berbusana Islam tapi bertujuan untuk menyobek-nyobek busana tersebut, merusak citra Islam. Kisah Dzul Khuwaisirah ini diceritakan dalam riwayat al-Bukhari dalam Shahih-nya بَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْسِمُ، جَاءَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ ذِي الْخُوَيْصِرَةِ التَّمِيمِيُّ، فَقَالَ ” اعْدِلْ يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَقَالَ وَيْلَكَ وَمَنْ يَعْدِلُ إِذَا لَمْ أَعْدِلْ، قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ دَعْنِي أَضْرِبْ عُنُقَهُ Ketika Nabi shallallaahu alaihi wa sallam sedang membagi harta rampasan, tiba-tiba Abdullah bin Dzil-Khuwaishirah At-Tamiimiy datang, lalu berkata “Berbuat adillah wahai Muhammad !”. Beliau shallallaahu alaihi wa sallam bersabda “Celaka engkau. Siapakah yang akan berbuat adil jika aku tak berbuat adil ?”. Mendengar itu Umar bin Al-Khaththaab berkata “Ijinkanlah aku untuk memenggal lehernya !”. HR. Al-Bukhari no. 6933 Kisah tersebut menceritakan bahwa Dzul Khuwaishirah meminta Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam untuk berbuat adil. Dia menggunakan kata adil, bukan untuk menuntut keadilan, namun dia meggunakan kata tersebut untuk menyerang pribadi Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, tujuannya agar para sahabat menganggap beliau membagi ghanimah secara tidak adil. Pola seperti ini juga yang dilakukan hari ini, mereka mengesankan dirinya membela kebenaran dengan berbagai argumentasi yang seolah-olah syar’i, namun pada hakikatnya mereka sedang menyerang Islam, membela kemungkaran dan menggerogoti sendi-sendi Islam secara perlahan. Mewaspadai Munafik yang Pandai Bicara Di era keterbukaan informasi, orang munafik justru menampakan diri secara terang-terangan. Mereka menggunakan atribut-atribut keislaman, didapuk sebagai representasi ormas Islam, namun pemikiran jauh dari Islam, bahkan mendekati kekafiran. Mereka tidak hanya dari kalangan miskin ilmu, bahkan mereka intelektual dan cendekiawan Muslim, namun mereka mencampurkan yang haq dengan yang bathil, memelintir dalil-dalil, dan mengolah kata-katanya sehingga tampak benar. Orang-orang munafik ini pun mengaku dirinya yang paling Islam, padahal tidak. Tujuannya adalah menipu umat Islam. Ketika umat Islam sudah terbius dengan penampilan mereka, mereka mulai menampakan pemikiran-pemikiran aneh dan menyimpang kepada masyarakat. Jurus andalan mereka adalah kepandaian mereka dalam berbicara, berdebat dan berargumen. Kepada orang-orang munafik ini, hendaknya kita menjauhi mereka dan tidak peduli dengan apa yang mereka katakan. Sebagaimana firman Allah ta’ala وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ “Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa akan larangan ini, maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat akan larangan itu.” QS. Al-An’am 68 Demikianlah yang dilakukan oleh para ulama terdahulu, orang-orang munafik yang pandai bersilat lidah ini hendaknya ditinggalkan. Sebagaimana yang dilakukan Ibnu Sirin rahimahullah dalam Sunan Ad-Darimi dari Asma’ bin Ubaid دخل رجلان من أصحاب الأهواء على ابن سيرين فقالا يا أبا بكر، نحدثك بحديث؟ قال لا، قالا فنقرأ عليك آية من كتاب الله؟ قال لا، لتقومان عني أو لأقومن. قال فخرجا، فقال بعض القوم يا أبا بكر، وما كان عليك أن يقرآ عليك آية من كتاب الله تعالى؟ قال إني خشيت أن يقرآ علي آية فيحرفانها فيقر ذلك في قلبك “Dua orang ahli Bid’ah menemui Ibnu Sirin, kemudian berkata Wahai Abu Bakar, mau kah kamu mengecek hafalan hadist kami? Ibnu Sirin menjawab tidak. Lantas keduanya berkata “Kami ingin kamu mengecek pemahaman kami terhadap kitabullah? Ibnu Sirin menjawab tidak, hendaknya kalian pergi atau aku yang pergi. Maka Asma’ bin Ubaid meneruskan, mereka berdua pergi kemudian seseorang bertanya “Wahai Abu Bakar, mengapa kamu menolak mereka yang ingin mengecek pemahamannya tentang ayat-ayat al-Qur’an kepadamu? Ibnu Sirin menjawab “Saya khawatir mereka berdua akan membacakan beberapa ayat di hadapanku kemudian memelintir maknanya, dan kesesatan yang mereka sampaikan membekas di hatimu.” Sunan ad-Darimi no. 400 Keberadaan orang munafik sangat membahayakan, potensinya akan membawa umat kepada penyimpangan dan hancurnya Islam dari dalam. Dalam kehidupan, mereka tampak seperti saudara namun dalam pemikirannya mereka memusuhi Islam dan mengkhianati Islam. Apapun yang mereka ucapkan tidak lain karena motivasi duniawi atau pesanan dari pemilik kekuasaan. wallahu alam bish showab. Red
Munafikyang Pandai Bicara Dari Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِيمِ اللِّسَانِ Keadaan yang paling aku takutkan menimpa umatku, setiap orang munafik yang pinter bicara. (HR. Ahmad 143 dan
igMYV9. 38z32lqrm5.pages.dev/4238z32lqrm5.pages.dev/11038z32lqrm5.pages.dev/37138z32lqrm5.pages.dev/27138z32lqrm5.pages.dev/2738z32lqrm5.pages.dev/17738z32lqrm5.pages.dev/27838z32lqrm5.pages.dev/70
orang munafik yang pandai bicara